12/13/21

Sertifikasi Digital Marketing

Dekade kedua pada abad ke-21 adalah era di mana dunia mulai dimonopoli oleh aktivitas teknologi digital. Sehingga era ini merupakan era digital yang memang sejak lama sudah diprediksi akan mendunia. Dengan semakin meningkatnya populasi penduduk dunia, di mana mayoritas adalah mereka yang termasuk ke dalam generasi milenial dan generasi z, maka tidak dapat dipungkiri bahwa digitalisasi semakin menguasai dunia. Mengapa? Karena kedua generasi inilah yang mulai mengenalkan perlunya adaptasi dengan era digital. Terutama generasi z, di mana sejak lahir sudah mengenal era tersebut.

Sertifikasi Digital Marketing

Bagi generasi milenial dan generasi z, juga generasi-generasi sesudahnya, menjalani sertifikasi digital marketing adalah sangat penting untuk mendukung persaingan mereka di dunia kerja. Seperti yang kita ketahui, berdasarkan riset yang dilakukan oleh world economic forum, digital marketer adalah merupakan salah satu profesi yang akan paling banyak dibutuhkan dalam 10 hingga 20 tahun ke depan. Oleh karena itulah, memiliki kemampuan seorang digital marketer baik di tingkat nasional maupun internasional adalah utama, dan harus dibuktikan dalam suatu sertifikasi.

#sertifikasidigitalmarketing

Kontak Jasa Sertifikasi Digital Marketing (+62811-2829-002)

10/13/13

Doa Orang Teraniaya Dikabulkan Allah SWT

Rasulullah saw. bersabda:
“Tiga do’a yang dikabulkan, yaitu do’a orang yang berpuasa, do’a orang yang bepergian, dan do’a orang yang teraniaya.” (HR. Uqaili, dari Abu Hurairah)
”Ada tiga doa yang tak akan ditolak oleh Allah SWT, yakni doa orang tua kepada anaknya, doa orang yang teraniaya, dan doa seorang musafir.” (HR. Abu Hurairah)
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)”.(Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38)
Orang teraniaya atau orang yang dizhalimi yaitu orang yang diperlakukan secara tidak benar oleh orang lain. Orang-orang ini tidak mendapatka hak yang wajib diterimanya. Misalnya, seseorang menagih uangnya kepada orang lain, tetapi yang ditagih ternyata mengingkari hutangnya. Penagih semacam ini termasuk dalam kategori orang yang teraniaya. Seorang buruh menutut gaji kepada majikannya. Oleh majikan gaji tersebut tidak dibayarkan atau dibayar kurang dari seharusnya dia terima. Buruh semacam ini termasuk orang-orang yang teraniaya.
Contoh lain ialah sesorang dituduh melakukan suatu kejahatan, padahal yang bersangkutan sama sekali tidak melakukannya. Ia lalu dijatuhi hukuman. Seorang istri tidak diberi uang belanja oleh suaminya, bahkan disuruh mencari nafkah sendiri. Orang-orang ini termasuk golongan yang teraniaya.
Bilamana orang yang yang teraniaya memohon kepada Allah agar membinasakan penganiayanya, maka do’anya dijanjikan oleh Allah akan dikabulkan. Karena itu, kita wajib takut kepada orang-orang yang teraniaya oleh perbuatan kita. Sebab walaupun mereka tidak mampu membalas kejahatan kita secara langsung, namun do’a mereka akan menjadi senjata yang ampuh nuntuk menghancurkan kita melalui adzab dan siksa yang diturunkan oleh Allah.
Sebuah contoh dalam sejarah yang dikemukakan oleh Allah dalam Al-Qur’an ialah tindakan Fir’aun yang berbuat aniaya dan zhalim kepada kaum Nabi Musa. Walaupun kaum Nabi Musa tidak mampu membalas kezhaliman Fir’aun secara langsung dan bahkan Musa dengan kaumnya dikejar-kejar oleh Fir’aun secara langsung dan bahkan Musa dengan kaumnya dikejar-kejar oleh Fir’aun dan tentaranya untuk dibunuh, namun ternyata allah yang membalas kezhaliman Fir’aun dan tentaranya. Allah menenggelamkan mereka di Laut Merah ketika mengejar Musa dan Kaumnya. Jadi, yang langsung menghancurkan dan menghukum Fir’aun dan pasukannya adalah Allah sendiri. Kejadian ini wajib menjadi pelajaran bagi kita dimana saja dan kapan sajha bahwa orang-orang yang teraniaya dekat dengan Allah. Allah selalu memberikan pembelaan dan pertolongan kepada mereka untuk membalas orang-orang yang menganiayanya.


Orang-orang yang teraniaya tidak perlu berputus asa menghadapi keperkasaan dan kekuatan penganiayanya. Mereka dijanjikan oleh Allah untuk mendapat pembelaan, perlindungan, dan pertolongan guna melawan penganiaya itu. Cara memperoleh jaminan tersebut adalah dengan selalu berdo’a kepada Allah agar para penganiaya itu mendapat adzab dan siksa dari Allah sehingga mereka tidak merajalela berbuat kezhaliman ditengah masyarakat. Karena itu, mereka seharusnya tidak meremehkan senjata do’a sebagai saran melawan kezhaliman orang-orang yang berbuat zhalim, karena permohonan mereka dikabulkan oleh Allah. Sebaliknya, orang-orang yang suka menganiaya seharusnya takut dan berhati-hati menghadapi orang-orang yang teraniaya, karena orang-orang yang teraniaya itu pasti dibela dan dilindungi oleh Allah. Permohonan apa saja untuk penganiayanya akan dikabulkan oleh Allah.

Doa Bagi Orang yang Menzalimi_2

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Dizalimi dan dianiaya, pasti setiap orang tidak suka. Sehingga saat terzalimi ia akan berbuat apa saja agar terhindar dari kezaliman itu. Jika mampu, ia akan menghentikan kezaliman atas dirinya dengan tenaganya atau lisannya. Namun bagaimana jika ia tidak memiliki kemampuan?
Boleh jadi doa menjadi senjata terakhir baginya. Ia menghaturkan kepada penguasa alam semesta (AllahSubhanahu wa Ta'ala) atas kezaliman yang dialaminya dan meminta kebinasaat untuk orang yang terlah berbuat zalim kepadanya. Dan berdasarkan sabda Rasul-Nya, Allah akan mengabulkan doa orang yang terzalimi.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ
"Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang puasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang dizalimi." (HR. Al-Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpesan kepada Mu'ad bin Jabal saat mengutusnya ke Yaman,
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
"Dan takutlah doa orang terzalimi, karena tidak ada hijab (penghalang) antara ia dengan Allah." (Muttafaq 'Alaih)
Status Mendoakan Keburukan Atas Orang Zalim
Pada dasarnya, dibolehkan bagi orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela dirinya salah satu bentuknya adalah dengan mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.
Allah Ta'ala berfirman,
لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا
"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Nisa': 148)
Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini: "Allah tidak suka seseorang mendoakan keburukan untuk selainnya, kacuali ia dalam keadaan dizalimi. Allah memberikan keringanan baginya untuk mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.dan itu ditunjukkan oleh firman-Nya, "Kecuali oleh orang yang dianiaya." (namun), jika bersabar maka itu lebih baik baginya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat di atas)
Firman Allah yang lain,
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ
"Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka." (QS. Al-Syuura: 41)
. . . dibolehkan bagi orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela dirinya salah satu bentuknya adalah dengan mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya. . .
Namun, apakah ini yang terbaik baginya? Tidak. Jika ia membalas kepada orang yang menzaliminya dengan doa keburukan, maka ia tidak mendapat apa-apa karena ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan (kepuasan).
Berbeda jika doanya dengan niatan agar orang-orang tidak lagi menderita akibat kejahatannya, maka ia mendapat pahala dengannya. Terlebih jika niatnya untuk menghilangkan kezaliman, menegakkan syariat Allah dan hukum-Nya, maka pahala yang didapatkannya lebih banyak.
Namun, jika ia bersabar, memaafkan, dan membalas keburukan dengan kebaikan maka ia mendapat pahala yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala,
 فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
"Maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (QS. Al-Syuura: 40)
Maksudnya: Allah tidak akan menyia-nyiakan sikapnya itu di sisi-Nya. Tetapi Allah akan memberikan pahala yang besar dan balasan baik yang setimpal. Disebutkan dalam hadits shahih, "Tidaklah Allah menambah kepada hamba melalui maaf yang ia berikan kecuali kemuliaan." (HR. Muslim)
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.  Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS. Fushshilat: 34-35)
Maksud "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik," adalah: apabila ada orang yang berbuat buruk kepadamu baik dengan perkataan atau perbuatan, maka balaslah dengan kebaikan. Jika ia memutus hubungan denganmu, maka sambunglah. Jika ia menzalimimu maka maafkan ia. Jika membicarakan keburukanmu –baik di depan atau di belakangmu- maka jangan engkau balas, tapi maafkan ia dan bebicara kepadanya dengan lemah lembut. Jika ia mengucilkanmu dan tidak mau berbicara denganmu, maka berbicaralah yang baik dan mulailah berilah salam kepadanya.
Tidaklah taufiq Allah ini diberikan kecuali kepada orang-orang yang sabar atas keburukan yang ia dapatkan dan menyikapinya dengan sesuatu yang Allah cinta. Karena sifat dasar manusia –inginnya- membalas keburukan dengan keburukan agar terpuasaan. Ia tidak mau memberikan maaf. Tapi sifat dalam ayat ini sangat istimewa, bukan hanya maaf yang ia berikan, tapi membalas keburukan dengan memberikan kebajikan. Ia sadar bahwa membalas keburukan dengan keburukan tidaklah mendatangkan kebaikan untuk dirinya, khususnya di akhirat. Sementara jika ia berbuat baik kepadanya, kebaikannya itu akan tetap dicatat kebaikan.
Bersikap seperti di atas tidaklah akan merendahkan martabatnya, tetapi sebaliknya, Allah akan meninggikannya dengan akhlak mulia tersebut. Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan akhirat karena mulianya akhlak yang ia tampilkan. Wallahu Ta'ala A'lam.

Doa Bagi Orang yang Menzalimi_1

Assalamu'alaikum wr.wb

Afwan ustadz,ada yg ingin saya tanyakan tentang sebuah hadist,arti hadist tersebut:

" Dari Khalid bin Abi Imran,bahwa Ibn Umar berkata: seringkali Rasullullah saw. ketika hendak meninggalkan majlis, berdoa untuk sahabat-sahabatnya dengan doa berikut : Ya Allah,berikan kepada kami rasa takut kepadaMu dengannya kami terhalang dari kemaksiatan kepadaMu, berikan kepada kami kekuatan untuk taat kepadaMu dengannya aku bisa masuk surga, berikan kepada kami rasa yakin (akan kebaikan takdirMu) dengannya aku merasa ringan menghadapi segala musibah dunia, berikan kepada kami kesehatan agar kami bisa menikmati pendengaran, penglihatan dan kekuatan kami selama kami hidup, dan tetapkanlah kami dalam kesehatan tersebut sampai kami kembali kepadaMu,timpakan keburukan kami untuk orang-orang yg mendzolimi kami, bantulah kami atas orang-orang yang memusuhi kami,janganlah Kau timpakan musibah atas agama kami (iman dan akidah kami), jangan jadikan dunia sebagai tujuan pokok kami,jangan pula menguasai pikiran kami, jangan jadikan orang-orang dzalim mengasai kami. (HR. Imam Tirmidzi, no : 3502, vol. v,h. 262)

Afwan ustadz, pada kalimat " timpakan keburukan kami untuk orang-orang yg mendzolimi kami ",apakah itu tidak apa-apa?saya bingung,setau saya Rosul saw. suka memaafkan,setau saya Rosul menganjurkan memaafkan lebih baik dari pada membalas, juga bukankah tidak boleh mendoakan keburukan untuk orang lain? saya takut kalo keburukan orang yang saya dzalimi (baik sengaja atau tidak) ditimpakan pada saya. Tapi saya doa di atas,apakah boleh menghilangkan " timpakan keburukan kami untuk orang-orang yg mendzolimi kami " ketika membacanya,atau bagaimana ustadz?afwan..

Jazk.. (Setyorini)

Jawaban:

Wa 'Alaikum Salam wa rahmatullah wa barakatuh .

Bismillah walhamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘ala Aalihi wa Ashhabihi wa Man waalah, wa ba’d:

Jazakillah khairan atas pertanyaan .. semoga Allah Ta’ala merahmati kita semua.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh:

- Imam At Tirmidzi dalam Sunannya No. 3502, katanya: hasan gharib
- Imam An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 10234
- Imam Al Bazzar dalam Musnadnya No. 5989
- Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 3615, 3764
- dll

Hadits ini hasan sebagaimana dikatakan Imam At Tirmidzi, dan dihasankan pula oleh Syaikh Al Albani Rahimahullah. (Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 3502)

Apa yang anti tanyakan, tentang doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam yang berbunyi: timpakan keburukan kami untuk orang-orang yg mendzolimi kami, (Arabnya: waj’al tsa’ranaa ‘ala man zhalamanaa) sama sekali tidak masalah, dan tidak menodai kepribadian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang pemaaf. 

Sebab, Allah Ta'ala melarang berkata-kata kasar secara terus terang, kecuali bagi orang yang dizalimi.

لا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

Allah tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. An Nisa (4): 148)

Bagi orang yang mengalami kezaliman orang lain, apalagi musuhnya, maka tidaklah salah, bukan pula aib, jika dia berkata keras lagi kasar, dan juga doa buruk kepada orang yang menzaliminya sebagai hujjah dan penjelas bahwa orang tersebut memang telah berbuat zalim. 

Disebutkan dalam Tafsir Al Muyassar:

لا يُحِبُّ الله أن يَجهر أحدٌ بقول السوء، لكن يُباح للمظلوم أن يَذكُر ظالمه بما فيه من السوء; ليبيِّن مَظْلمته

Allah tidak menyukai seseorang mengeraskan ucapan buruk dengan suara keras, tetapi dibolehkan bagi orang yang dianiaya kepada orang yang menganiaya dirinya keburukan itu, untuk menjelaskan kezalimannya. (Tafsir Al Muyassar, 2/146)

Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menasihati kita agar hati-hati dengan doa orang dizalimi, karena tidak ada penghalang antara mereka dengan Allah Ta’ala.

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah:

ولا حرج على الإنسان أن يدعو على ظالمه بقدر ظلمه وإذا دعا على ظالم بقدر ما ظلمه فهذا إنصاف والله سبحانه وتعالى يستجيب دعوة المظلوم

Tidak mengapa bagi manusia untuk mendoakan orang yang telah menzaliminya sejauh kadar kezalimannya itu, jika dia berdoa untuk orang yang menzaliminya sejauh kadar kezalimannya, maka itulah yang bijak. Dan, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan doa orang yang dizalimi. (Syarh Riyadhush Shalihin, 1/941. Mawqi’ Jaami’ Al Hadits An Nabawi)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu:

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

Takutlah kamu terhadap doa orang yang teraniaya, karena tidak ada penghalang antara dirinya dengan Allah. (HR. Bukhari No. 1496)

Satu hal yang pasti, bahwa doa tersebut tidak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tujukan untuk sesama kaum beriman, sebab tidak mungkin beliau dianiaya oleh orang-orang beriman, dan beliau sendiri sangat mengasihi umatnya, tetapi doa itu beliau tujukan kepada musuh-musuhnya, kaum kuffar, yang telah menganiaya dirinya dan menghalangi da’wahnya. Doa ini bagian dari sikap asyidda’u ‘alal kuffar (tegas terhadap orang-orang kafir) dan musuh. 

Allah Ta’ala berfirman:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS. Al Fath (48): 29)

Dahulu, Nabi Isa ‘Alaihissalam juga berdoa untuk kaumnya yang durhaka:

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Jika Engkau menyiksa mereka, Maka Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, Maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Maidah (5): 118)

Sudah menjadi sejarah, dan tidak ada satu pun yang menolaknya, bahwa para ulama Islam dari zaman ke zaman, termasuk di Indonesia ketika masa penjajahan dahulu, mereka berdoa keburukan dan kehancuran bagi musuh-musuhnya. Itu semua bukan berarti umat Islam tidak memiliki kasih sayang, tidak pula bermakna kita anti perdamaian, tetapi memang itulah salah satu senjata orang berperang, senjata orang yang terjajah, yakni berdoa, yang berisi minta kemenangan dari musuh, dan meminta kehancuran dan kekalahan ditimpakan kepada musuh. Ini dibenarkan oleh syariat, akal, dan tradisi peperangan. 

Kemudian ..., Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia sempurna. Oleh karena itu, apa yang dilakukannya merupakan bukti kesempurnaan kemanusiaannya. Kenabiannya tidak menghalangi beliau melakukan dan merasakan apa yang dilakukan pula oleh manusia secara umum seperti; makan, minum, berkeluarga, sakit, tertawa, menangis, sedih, marah, tersenyum, menyendiri, bersosial, sehat, terluka, sakit, dan akhirnya wafat. Kelebihan beliau adalah wahyu, mu’jizat, dan akhlaknya adalah Al Quran.

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيّ

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku .... (QS. Al Kahfi (18): 110)

Oleh karenanya, tidak apa-apa memakai doa ini secara utuh dan memang begitulah contoh dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu, dari sini kita ambil pelajaran hendaknya jangan menzalimi saudara kita, sebab dia bisa saja berdoa untuk kita dengan keburukan apa pun yang dia inginkan menimpa kita. Demikianlah pelajaran yang bisa kita ambil.

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina wa ‘ala aalihi wa ashhabihi ajma’in.
Wallahu A’lam


http://www.ustadzfarid.com/2012/01/berdoa-buruk-bagi-orang-yang-menzalimi.html

4/1/13


Mengatasi Stress dalam Islam

DALAM kehidupan moderen, stres menjadi pelengkap hidup. Banyak masalah dan sedikit solusi yang diketahui. Orang yang kurang kuat imannya, dapat melakukan bunuh diri. Orang yang kuat iman, tapi terlalu ambisi mencapai sesuatu, dapat mengalami stroke. Seorang dokter neorologi berkata, sekalipun tekanan darah tinggi, insya Allah tidak akan stroke, selama orangnya, tidak stres. Berarti stres pemicu utama lahirnya stroke yang banyak didera bangsa ini.

Stres yang datang pada diri seseorang, banyak penyebabnya. Siswa yang tidak lulus ujian nasional, dapat stres. Orangtua yang mengurus anaknya mencari sekolah yang lebih tinggi, dapat stres. Pejabat yang terlalu sibuk, dapat stres. Rakyat kecil yang sukar mendapat makan, dapat stres. Calon Bupati yang mengeluarkan miliaran rupiah dalan pilkada, dapat stres, jika suara yang diharapkan, tidak seperti yang diprediksi. Alhasil, semua golongan dan status social, berpeluang stres. Laki-laki dan perempuan.

Mencegah:Menurut dokter neorologi, perasaan stress sering menjadi musuh dalam selimut.Perasaan ini datang tiba-tiba dan sulit dikendalikan. Bila tidak, dapat memicu timbulnya berbagai penyakit, seperti jantung, darah tinggi dan stroke. Ibarat sedia payung sebelum hujan. Menghindari stress ada baiknya dilakukan cara berikut:

Pertama, Mengeluarkan energi positif, yaitu optimis dalam menghadapi setiap permasalahan. Jangan terlalu keras terhadap diri sendiri. Ketahuilah bahwa setiap rencana, ada hambatan Tapi ada juga solusi.Sebab itu, harus bersikap lebih fleksibel, sehingga dapat menikmati hidup.

Kedua, menjaga kesehatan. Dengan cara olahraga yang teratur, tidur yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Olahraga dapat membuat manusia nyaman. Makanan bergizi membangkitkan vitalitas hidup. Sebab itu Islam memerintahkan “ Mengkonsumsi halalan tayibah atau yang bergizi.

Ketiga, banyak minum air putih, terutama saat diambang kemarahan. Air putih, dapat menenangkan perasaan, dan berpikir lebih jernih. Rasulullah menganjurkan kalau marah, hendaklah berwudu dan mendinginkan badan (HR.Muslim).

Keempat, meluangkan waktu sedikit, untuk setiap minggu, keluar dari rutinitas, dengan berkumpul bersama keluarga. Atau berkunjung kepada teman-teman. Nabi mengajarkan Hubungkan silaturahim, sebab dapat menambah rezeki dan memperpanjang umur (HR.Muslim).

Kelima, meningkatkan rasa humor. Secara klinis humor dapat mengatasi stress. Alhamdu lillah kini sudah muncul kelompok-kelompok di TV yang menjajakan humor 5 sampai 1O menit untuk relaksi. Jangan sampai anda lupa meluangkan waktu biar sebentar ( Kompas 26/7). Penulis teringat seorang Kiyai di Pesantren tahun 5O-an, sering mendatangi suatu desa yang berjarask 15 Kilometer dari kota dan membayar pemuda-pemuda yang pintar membawakan cerita yang humoris.

Menurut Al-Quran ?.Menurut Al-Quran, kelima cara yang ditawarkan kesehatan diatas, tidak ada yang bertentangan dengan Al-Quran. . Namun Al-Quran lebih memfokuskan terutama kepada dua hal utama dimana Al-Quran sebagai Syifa’ (Penawar) :

Sabar :Jika stress menghadapi masalah yang sukar diputuskan “ salah atau benarnya sesuatu “ maka Al-Quran memberi petunjuk “ FA SHABRUN JAMIL “ ( Maka bersabar itu lebih indah ). Dan hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan. (QS. Yusuf 18 ).

Ucapan itu disampaikan Nabi Ya’kub, ketika anak-anaknya datang membawa kemeja yang berlumuran darah kepunyaan Yusuf, sebagai bukti bahwa ia telah diterkam binatang buas. Daripada stress, karena darahnya meragukan, Nabi Ya’kub berkata “ Sabar itu lebih indah.” Demikian Sitti Maryam, ketika dituduh melacur karena melahirkan anak (Isa) tanpa ayah, juga sabar, untuk mengobati stres yang berkepanjangan. Bahkan Aisyah, isteri Rasul, ketika digossip, juga menjadikan Sabar sebagai pengobatan dalam stress.

Zikrullah:Mengingat Allah (Zikrullah) termasuk dapat mengatasi stres. Dengan mengingat dan mengembalikan segalanya dari dan untuk Allah, maka stres akan dapat diatasi. . Sesuai Al-Quran, “ TATHMAINN AL-QULUB “ ( Mengingat Allah, hati akan tenang ) ( QS. Al-Raad 28 ).

Menurut ulama Tafsir, Yang masuk Zikrullah, adalah melakukan salat, membaca Al-Quran dan langsung menjebut Lailaha ilallah sebanyak-bamnyaknya.

Diperkuat Al-Quran dengan ayat “ Dan carilah pertolongan, dengan berlaku Sabar dan mengerjakan Salat ( QS.2: 45).

Menurut Huzaifah, bila Nabi bersedih atau menghadapi masalah, Beliau langsung melakukan salat, sekalipun, sedang dalam perjalanan. Memperbanyak Zikrullah berupa salat sunnat, atau membaca Al-Quran, atau istigfar, atau membaca Lailaha Ilallah.

Istigfar yang sering dibaca Rasul “ Allahumma Anta rabbi. Lailaha illa Anta. Khalaqtani waana abduKa. Wa ana ala ahdiKa. Wa wa’diKa mastata’tu. Audzu biKa, min syarri ma shana’tu. Abuu laKa bini’ mati alayya. Waabuu bidzanbi. Fagfirli. fainnahu la yagfir al- dzunuba illa Anta.( Al-Azkar :347 ).

Disamping kedua hal tersebut, juga yang dapat mengatasi stres, adalah akidah dengan meyakini kebenaran ayat Al-Quran yang berbunyi “ INNA MA’AL USRI YUSRA ( Sesungguhnya setelah kesulitan, ada kemudahan. Setelah kesulitan, ada kemudahan).. ( 94: 5-6 ).( Disebutkan dua kali ).

Menurut ulama Tafsir, karena kata kesulitan (Al-usri ), menggunakan “al ” dan kemudahan (Yusra) tidak menggunakan “al “ , itu artinya kesulitan itu cuma satu macam, tapi ada beberapa solusi kemudahan. Berarti dua alternative kemudahan . dalam satu kesulitan. Ada dua. Misalnya berkonsultasi dengan dokter mencari pengobatan lahir dan batin ialah menggunakan petunjuk Al-Quiran sebagai Syifa’.


Alhasil, dari uraian singkat diatas, dipahami mengatasi stres sesuai Al-Quran disamping mencari solusi berupa pengobatan lahir, juga diperlukan pengobatan batin, yaitu meyakini kesempurnaan Tuhan, dan meyakini kekurangan manusia, serta kaifiatnya, banyak bersabar, salat, istigfar dan zikir.

Praktek Rasul SAW dalam mencari penyegaran dan menghilangkan stres, diantaranmya dianjurkan kepada umatnya berpuasa dan bercampur isteri dua kali seminggu.

H. Mochtar Husein